.

Selasa, 24 Februari 2015

cerpen

Bahagia Itu
Pagi ini aku baru bisa menghapus semua inbox SMS yang telah lama tinggal di HP ku. Dengan disaksikan oleh sahabatku aku mulai menghapusnya. Lalu aku berkata bahwa aku sudah move on dari mantanku. Kata dia aku begitu hebat. Hebat ? Entahlah aku tak tahu apa memang benar-benar aku sudah dapat move on ?
Apa yang telah membuatku dapat berkata demikian ? Yaa, aku memang sangat menyayangimu, bahkan hingga satu tahun aku bertahan tuk menjaga hati ini untukmu. Sampai kau telah memiliki kekasih sebanyak dua kali selama ini. Saat pengganti pertama setelah aku, entah mengapa aku merasa kau tak benar-benar mencintainya. Yang aku rasa kau justru semakin menyayangiku, kau justru sering mengirim pesan untukku dan menyempatkan untuk menjemput dan mengantar ku sepulang sekolah. Dan ingatkah kau hari senin itu ? Saat kita datang di acara silaturahmi di SMP kita, saat akan pulang kau memanggilku dengan isyarat tanganmu. Aku pun menghampirimu. Dengan senyum kau pamit kepadaku,
“Aku pulang dulu yah ? Mau ikut ?”
Tentu saja kujawab, “Mau dong, di rumah sepi nih.. heheh”
“haha, mau ikut ? Sini oh naik disini”, sambil menunjuk bagian depan motor.
“masa di situ sih ? hehe. Ikut yah aku ikut”
“ntar ajah deh, di rumah ada embah”, jawabmu dengan senyum.
Modusku untuk menahanmu, akhirnya aku bercerita tentang kekasihmu saat ini.
“oya Dhar, katanya Rama. Wiwi tadi ngambek sambil nangis waktu ke kelas Dharma.
“emangnya kenapa Ki?”
“Kiki ngga tau katanya sih dy nyesel udah buka FB soalnya ada status nya Kiki waktu Dharma main ke rumah Kiki. Ngga papa yah Dhar, masa gitu ajah marah. Kiki kan cuma bikin status kaya gitu doang”.
“oh .. iyalah ngga papa Ki, Cuma status ajah. Belum jadi istri Dharma kan, belum kawin juga”.
“haha, iya yah Dhar”
“iya yang penting jangan cemburuan ajah Ki”.
“iya yah ”
“hehe yaudah Ki, Dharma pulang dulu yah. Udah siang nih”
“iya Dharma ati-ati yah “
“iya Kiki ”
Akhirnya kau pun pulang dengan motor Megapromu. Dan aku pulang naik angkotan umum bersama sahabatmu juga waktu dulu, Lukman. Saat di angkot, aku menerima SMS mu.
“udah pulang ade?
“belum mas, ini masih di angkot”
“ati-ati yah ade sayang “
“hehe iyah mas sayang. Mas udah solat ? “
“iya dee, belum”
“solat dulu sana mas”
“yaudah, mas solat dulu yah ade sayang ”
“iya mas sayang “
Saat sore sedikit mendung. Dan mulai gerimis, aku sedang menonton acara di TV. HP ku tinggal di kamar. Tanpa kusadari ternyata Dharma mengirim SMS untukku,
“ade?”
“dalem mas ?”
“yah ? baru bales. Ntar malem habis belajar SMS an mau de ?”
“hehe maaf mas tadi HP nya ade tinggal. Ya maulah ”
“yaudah ntar Insya Allah mas SMS ade lagi yah ”
“iya mas sayang, ade tunggu ko ”
Saat malam aku menunggu SMS mu tak juga masuk. Hingga pukul 9 kau tak juga SMS aku. Akhirnya aku pun yang memulai mengirim SMS kepadamu,
“mas ?”
Kau tidak menjawab. Akhirnya aku SMS lagi, “udah bobo mas?”
Akhirnya kau menjawab, “masih belajar de”
“oh yaudah”
Jam menunjukkan pukul 22.00, aku mulai mengantuk dan terpejamlah mata ini. Namun tiba-tiba HP ku bergetar dan ternyata SMS darimu.
“ade?”
Aku pun langsung bangun dan menjawab pesanmu, “dalem mas”
“udah sayank “
“ sukur deh. Trus mas ngga bobo?”
“nanti de, belum ngantuk”
“oh belum ngntuk mas sh mas ngga SMS an sama Nanah ?”
“mas udah ngga sama Nanah de”
“wah sih kenapa? Putus kapan?
“tadi siang de ..”
Dan malam itu aku sungguh senang, rasanya kau lebih memilih ku. Dan seperti biasa hari-hari hanya tawa dan bahagia yang ada diantara kita berdua.
Saat malam Kamis, kau bercerita padaku bahwa kau sedang ada masalah. Aku memintamu untuk ceritakan semuanya padaku. Tapi kau menjawab,
“besok pulang sekolah mas crita deh .. “
Dan aku sadar, sebenarnya kau ingin bertemu denganku. Aku pun meng IYA kan permintaan mu itu.
Akhirnya saat hari Kamis kau benar menjemputku dan mengantarku pulang.
Ternyata masalah yang kau ceritakan itu tentang keluargamu, yang menurutku itu tidak terlalu rumit dan berat. Semakin terlihat jelas, alasanmu menjemputku ya karena kau ingin bertemu denganku. Saat tiba di rumah, kau pamit dengan senyuman. Dan seperti biasa, kau mengulurkan tanganmu untuk menyalamiku.
“pulang dulu yah ”
“iyah Dharma ati-ati yah”
“iyah Kiki”
“daaaaaah Dharma”
………
Tanpa aku ketahui dan aku sadari ternyata hari itu adalah hari terakhir kau dan aku dalam kebahagiaan, dalam jarak yang amat dekat. Dalam suasana penuh sayang. Ketika hari Minggu aku mendengar kabar dari temanku, bahwa kau telah jadian lagi waktu hari Sabtu. Betapa hancurnya aku mendengar itu semua. Waktu berjalan amat cepat, sampai 2 bulan kau bertahan dengannya menjalin cinta. Sedang aku disini apa. Aku menjalani hidupku sendiri.
Ketika di SMA ku ada pelatihan OSN untuk berbagai bidang aku tertarik untuk mengikuti di bidang ASTRONOMI. Yaa, itulah impianku. Namun, saat malam hari kau SMS aku tanpa panggilan sayang yang biasa kita ucapkan,
“de, kapan mau ajarin matematika?”
Akhirnya aku memutuskan untuk tidak mengikuti pelatihan OSN tersebut, ini hanya untukmu. Aku tidak ingin kehilangan waktuku bersamamu. Setelah sekian lama ternyata pengorbananku ini tak ada artinya sama sekali untukmu. Saat aku buka profil akun FB mu, tertulislah status yang menyatakan bahwa kau sudah mengikuti les dengan teman-teman SMA mu. Lalu apa artinya yang telah aku lakukan selama ini ?
Jika ku tahu akan seperti ini jadinya, lebih baik aku mengikuti pelatihan OSN waktu itu. Jika dipikir lebih dalam, sesungguhnya kau telah menghancurkan mimpiku, cita-citaku, impianku. Akhirnya kini ku memutuskan untuk pergi darimu, pergi dari segala rasa yang telah menyiksaku. Kau yang tak pernah menyadari besarnya cinta ini untukmu. Kini ku selalu memotivasi diri sendiri,
“bahagia itu ketika aku tak melihatmu
Bahagia itu ketika aku tak mendengarmu
Bahagia itu ketika aku tak mengingatmu
Bahagia itu ketika aku tak bersamamu
Bahagia itu ketika aku tak merasakanmu
Dan bahagia itu ketika aku terbiasa hidup sendiri tanpa dirimu”
Aku memang ingin melihat kau selalu bahagia, tapi aku juga ingin sekali melihatmu hancur, menderita, merana, merasakan sakit yang lebih dari yang aku rasakan selama ini !
Selamat tinggal untuk kau, jangan pernah berharap jika aku kan datang kembali menemani, menenangkan hatimu.